Perlawanan terhadap Kolonialisme

Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia-Belanda
1.      Perang Tondano
Tondano terletak di Minahasa
a)      Perang Tondano I
o   Tokoh: Kawengian, Wengkang
o   Latar Belakang: penolakan rakyat Tondano terhadap monopoli beras yang dilakukan VOC
o   Perlawanan rakyat menyebabkan VOC mengundurkan diri. Kemudian muncul kesulitan rakyat Tondano untuk menjual berasnya. Akhirnya masyarakat Tondano mendekati VOC agar mau membeli berasnya.
b)      Perang Tondano II
o   Tokoh: Ukung Lunto, Residen Prediger, Kapten Hartingh
o   Latar Belakang: penolakan rakyat Tondano terhadap kebijakan Daendles untuk merekrut prajurit
o   Ukung Lonto memmpin rakyat Tondano mengadakan perlawanan terhadap VOC yang dipimpin Hartingh, VOC kewalahan dan meminta bantuan pada Van den Burg.
o   Pada 1809, benteng Morawa dan seluruh isinya berhasil dihancurkan oleh VOC, demikian juga seluruh rakyat Tondano juga tewas terbunuh.
2.      Perlawanan Pattimura
§  Tokoh: Thomas Matulesy (Pattimura), Christina Martha Tiahahu, Paulus Tiahahu (ayah Chirtina M. T.), Anthonie Rheebok, Philip Latumahina, Said Printah
§  Sebab umum:  -     Penindasan dan penghisapan terhadap penduduk Maluku
-          Ketidakpuasan rakyat terhadap Pergub Maluku
-          Aturan monopoli dagang yang keras
-          Pengawasan keamanan yang terlalu ketat
§  Sebab khusus: penolakan Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar perahu yang dipesan
§  Pada 15 Mei 1817, Pattimura dengan bantuan Anthonie Rheebok, Christina Martha, Philip Latumahina, dan Said Printah berhasil menyerbu Benteng Duurstede bahkan dapat membunuh Van Den Berg.
§  Pada 11 Nov 1817, dengan membujuk Raja Booi, Belanda berhasil menangkap Pattimura di perbatasan hutan Booi-Haria. Kemudian Pattimura, Anthonie, Philip, dan Said Printah dihukum gantung pada 10 Des 1817 pukul 07.00 waktu setempat dan disaksikan oleh rakyat Ambon
§  Perjuangan Pattimura diteruskan oleh Christina dengan gerilya. Namun Christina bersama 39 orang lainnya berhasil tertangkap, kemudian mereka dibuang ke Jawa untuk dijadikan pekerja rodi. Christina yang mogok makan akhirnya meninggal karena sakit pada 2 Jan 1818, lalu ia dibuang di laut antara P. Buru dan P. Tiga
3.      Perang Padri
§  Kaum Padri:
→ Yi kaum ulama yang baru pulang dalam ibadah haji di Mekkah dan memiliki ajaran Islam yang murni. *Padri berasal dari kata “Padir” (= tempat persinggahan para jemaah haji, sebutan orang Aceh) atau  “Padre” (= berpakaian putih, dari bahasa Portugis)
→ Tujuan: memurnikan tradisi/adat lama yang bertentangan dengan syariat Islam
→ Tokoh: Tuanku Kota Tua, Tuanku Nan Renceh, Peto Syarif (Tuanku Imam Bonjol), H. Sumanik, H. Miskin, H. Piabang
§  Kaum Adat:
→ Yi kaum yang masih memegang taguh adat/kebiasaan yang kadang tidak sesuai dengan ajaran Islam
→ Tokoh: Datuk Sati
a)      Tahap I (1821-1825)
-          Kaum Padri menyerang patroli dan pos-pos Belanda (Simawang, Soli Air, Sipinang, dsb).
-          Kaum Padri (dipimpin Tuanku Pasaman) menyerang Belanda yang didukung kaum Adat. Tuanku Pasaman mengundurkan diri ke Lantau sedangkan Belanda berhasil menguasai lembah Tanah Datar dan mendirikan Benteng Van der Capellen
-          Perlawanan Tuanku Pasaman di Lintau, Tuanku Nan Renceh di Baso, Peto Syarif di Bonjol
-          Belanda mengadakan perjanjian damai dengan kaum Padri yang dinamakan Perjanjian Masang. Perjanjian tersebut dimanfaatkan Belanda untuk menguasai daerah lain. Belanda juga memaksa Tuanku Mensiangan untuk berunding, namun Mensiangan justru mengadakan perlawanan.
-          Belanda menyerang pertahanan dan menangkap Mensiangan, menimbulkan amarah kaum Padri Alahan Panjang yang kemudian membatalkan Perjanjian Masang. Perlawanan terus berlanjut.
b)      Tahap II (1825-1830)
-          Terjadi antara kaum Padri vs Belanda
c)      Tahap III (1830-1837/1838)
-          Terjadi antara kaum Padri + kaum Adat vs Belanda
4.      Perang Diponegoro
§  Pangeran Diponegoro (R. M. Ontowiryo) merupakan anak dari Sultan Hamengkubuwono ke III
§  Sebab Umum: -     Penderitaan rakyat karenan bebagai macam pajak
-          Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan
-          Belanda mempersempit wilayah Mataram
-          Kekecewaan ulama terhadap masuknya peradaban barat
-          Para bangsawan dilarang menyewakan tanahnya
§  Sebab Khusus: Belanda yang berencana membangun jalan baru Yogya-Magelang menancapkan patok/anjir melewati tanah leluhur P. Diponegoro di Tegalrejo tanpa seizin P. Diponegoro
§  P. Diponegoro mendapat dukungan dari kaum bangsawan maupun kaum ulama, seperti:
→ Bangsawan       : Mangkubumi, Sentot Prawirodirjo, Nyi Ageng Serang, Pakubuwono VI
→ Ulama              : Kiai Mojo
§  Pusat pertahanan P. Diponegoro di Gua SelarongDekso
§  Strategi P. Diponegoro dalam melawan Belanda:
-          Mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah bantuan dari luar
-          Mengirim kurir kepada bupati/ulama untuk mempersiapkan perang
-          Menyusun daftar kawan dan lawan
-          Membangi Kasultanan Yogyakarta menjadi 16 mandala perang
§  Belanda melakukan berbagai siasat untuk menghadapi perlawanan Diponegoro, seperti benteng stelsel, membujuk pembatu Diponegoro untuk menyerah, sayembara, dan tipu muslihat.
§  Pada 17 Okt 1829, terjadi Perjanjian Imogiri antara Sentot Prawirodirjo dengan Belanda, isinya:
-          Sentot diizinkan untuk tetap memeluk Islam
-          Pasukan Sentot tidak dibubarkan dan ia tetap sebagai komandanya
-          Sentot dan pasukanya diizinkan untuk tetap memakai sorban
Sebagai kelanjutannya, Sentot dengan pasukannya memasukki kota Yogya untuk menyerahkan diri
§  Akhirnya dalam perundingan (tipu muslihat), P. Diponegoro dapat ditangkap oleh Belanda. Kemudian ia diasingkan ke Batavia → Manado → Makasar (P. Diponegoro wafat di Makasar, 8 Jan 1855).
5.      Perang Puputan
§  Latar Belakang: Hukum Tawan Karang (= hak untuk merampas isi kapal-kapal yang terdampar di Bali) yang merugikan Belanda, sehingga Belanda menolak dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja Bali untuk menghapus Hukum Tawan Karang. Namun hingga 1844 perjanjian itu belum dilaksanakan raja Buleleng
§  Gusti Ngurah Made dan I Gusti Ktut Jelantik menolak tuntutan Belanda dan mempersiapkan perlawanan. Mereka mendapat dukungan dari Karangasem dan Klungkung melawan pasukan Belanda. Buleleng terdesak dan ibukota Singaraja dikuasai Belanda, sehingga raja dan Ktut Jelantik mundur ke desa Jagaraga.
§  Pada 6 Juli 1846, terjadi perjanjian antara Raja Buleleng dengan Belanda isinya:
-          Raja Buleleng harus menghancurkan semua benteng dan tidak boleh mambangun benteng baru
-          Raja Buleleng harus membayar ganti rugi perang dan menyerahkan I Gusti Ktut Jelandik pada Belanda
-          Belanda diizinkan menempatkan pasukannya di Buleleng
§  Belanda mengadakan serangan balasan dan berhasil menguasai Jagaraga. Raja Buleleng, Ktut Jelantik dan Jero Jempiring (istri Jelantik) mengungsi ke Karangasem namun akhirnya tetap tertangkap dan terbunuh.
6.      Perang Banjar
§  Latar Belakang: wilayah Banjar yang semakin sempit karena bujukan dan tekanan Belanda melalui perjanjian dengan Sultan Sulaiman maupun Adam Alwasikh. Selain itu Belanda juga mengintervensi pemerintahan dengan mengangkat Sultan Tamjidillah menggantikan Sultan Adam (tidak sesuai dengan wasiat).
§  Sultan Tamjidillah memiliki kelakuan yang buruk, ia menghapus hak istimewa bangsawan dan membuang Pangeran Anom ke Bandung. Hal tersebut menimbulkan protes yang dipelopori Penghulu Abdulgani.
§  Muncul Gerakan Aling (golongan pedalaman) yang dipimpin oleh Aling/Panembahan Muning. Aling mendapatkan firasat agar Kesultanan Banjar diberikan kepada Pangeran Antasari (sepupu Hidayatullah). Pusat Gerakan Aling di Tambai Mekah di tepi Sungai Muning.
§  Sultan Tamjidillah yang dianggap tidak dapat berbuat apa-apa pada 25 Juni 1859 turun tahta kemudian ia diasingkan ke Bogor. Sejak saat itu kekuasaan dipegang oleh Belanda.
§  Antasari medapatkan bantuan dari beberapa ulama seperti Kiai Demang Lehman, H. Buyasin, Kiai Langlang
§   “Haram Manyarah Waja sampai Kaputing” (=tidak akan menyerah sampai titik darah penghabisan)
§  Akhirnya perlawanan Banjar dapat dipatahkan Belanda dengan menangkap pemimpin perlawanan seperti Pangeran Hidayatullah (1862). Pada 11 Okt 1862, Pangeran Antasari wafat digantikan Gusti Moh. Seman
7.      Aceh Berjihad
§  Belanda ingin menguasai Aceh karena letaknya strategis dan hasil buminya melimpah. Namun adanya Traktat London (isi: Belanda mendapatkan kembali tanah jajahannya kecuali Aceh.) menjadi penghambat.
§  Untuk menguasai Aceh, Belanda melakukan:
-          Pendudukan terhadap daerah-daerah di sekitar Aceh (Natal, Sibolga, Barus, Singkel, dsb.)
-          Perjanjian Traktat Siak (isi: Siak mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Sumatra Timur → wilayah Deli, Asahan, Kampar, Indragiri yang merupakan wilayah K. Aceh berada dalam dominasi Belanda)
-          Penandatanganan Traktat Sumatra (isi: Inggris memberi kebebasan Belanda untuk memperluas kekuasaannya sampai seluruh Sumatra)
§  Latar Belakang: Belanda mengetahui Aceh mempersiapkan diri untuk berperang memberikan ultimatum agar K. Aceh tunduk dibawah pemerintah Hindia Belanda, namun ultimatum tidak mendapat respon
§  Usaha yang dilakukan Aceh untuk melawan Belanda:
-          Mencari sekutu dengan negara lain seperti Turki, Itali, dan AS
-          Mengutus Habib Abdurrahman ke Turki untuk memintan bantuan senjata
-          Membangun kuta (= benteng pertahanan) di sepanjang Pantai Aceh Besar dan lingkungan istana
-          Meningkatkan jumlah pasukan dan menempatkannya di titik strategis
-          Memasukkan senjata-senjata dari luar Aceh (mesiu, senapan, dsb.)
§  Menurut Snouck Hurgronye (mata-mata Belanda), cara untuk melawan perjuangan Aceh:
a)      Memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat Aceh
b)      Menggunakan kekuatan senjata atau kekerasan
c)      Bersikap lunak pada bangsawan dan keluarganya, serta diberi kesempatan masuk ke korps pamong praja
8.      Perang Batak
§  Struktur masyarakat Batak: huta (satu marga) → horjabius → K. Batak
§  Latar Belakang:
-          Sisingamangaraja XII tidak suka daerahnya (Mandailing, Natal, Angkola, Sipirok) dikuasai Belanda
-          Sisingamangaraja XII menentang kristenisasi oleh zending, karena takut merusak tatanan tradisional.   → mengajak rakyat untuk mengusir zending, berakhir pembakaran pos zending di Silindung yang memicu kemarahan Belanda (Belanda melindungi zending sebagai alasan untuk menguasai Batak)
-          Masuknya militer Belanda yang dipimpin Kapten Schelten ke Bahal Batu
§  Dalam mengadakan perlawanan, rakyat Batak menggunakan benteng alam maupun benteng buatan
§  Perlawanan Batak:
→ Perlawanan pertama di Bahal Batu, menyebabkan mundurnya pasukan dan merembetnya pertempuran
→ Penyerangan terhadap benteng Bakkara (istana) menyebabkan Sisingamangaraja XII harus bersembunyi
→ Penyerangan Belanda di Huta Puong sehingga Sisingamangaraja pindah ke Pakpak dan Dairi
→ Pengepungan Sisingamangaraja XII  di daerah segitiga Baru-Sikiladang-Singkel dengan menyandera Boru Sagala (istri Sisingamangaraja XII), namun Sisingamagaraja tetap bertahan.
Akhirnya Sisingamangaraja XII terkepung di Aik Sibulbulon, Dairi. Dengan tertembaknya Sisingamangaraja XII bersama 3 anaknya (Lopian, Sutan Nagari, dan Patuan) Perang Batak dapat diakhiri.

Komentar